jam sekarang

Pacaran menurut agama kristen

Tulisan (interaksi manusia dan komputer)

BY : Jettira vetty


1. Mengapa Berpacaran?

Seringkali bila seseorang sedang jatuh cinta maka orang itu akan berkata, “Oh dia begitu menarik, dia begitu cantik, saya sungguh jatuh cinta kepadanya. Saya ingin cepat-cepat lulus kuliah dan menikah dengannya.” Tetapi Alkitab mengatakan nantikanlah Tuhan dan segala sesuatu terjadi indah pada waktunya. Karena terlalu terburu-buru seringkali orang gagal dalam berpacaran dan lebih parahnya lagi gagal dalam rumah tangga.

Bila kita baca dalam Alkitab dari kitab Kejadian hingga Wahyu, kita tidak bisa menemukan kata pacaran. Pacaran tidak pernah tercantum dalam Alkitab. Lalu apakah pacaran Alkitabiah?

Persiapan berumah tangga

Dalam Matius pasalnya yang pertama kita bisa baca kisah antara Maria dan Yusuf yang telah bertunangan. Kenapa Alkitab menuliskan bertunangan? Dalam hal ini Alkitab ingin menekankan satu hal bahwa hubungan tersebut sangatlah serius. Mereka sedang mempersiapkan diri menuju pernikahan. Jadi sesungguhnya bisa saja kita berkata, pacaran itu tidak perlu.

Kita tidak bisa berkata kalau tunangan lebih serius sedangkan berpacaran tidak serius. Bila begitu perbedaannya maka anak-anak Tuhan bisa menjadi batu sandungan bagi orang lain, karena mereka pacaran-putus-ganti, pacaran-putus-ganti, sehingga tidak bisa menjadi kesaksian dalam hidupnya. Kita juga tidak bisa mengatakan bahwa kalau seseorang sudah bertunangan maka ia tidak bisa putus, ini pun tidak benar. Orang yang telah bertunangan masih tetap bisa putus. Jadi bisa kita liat batas yang sangat-sangat tipis antara pacaran dan tunangan. Tapi yang terpenting adalah bahwa pacaran tidak lebih sedikit kadar keseriusannya dari tunangan. Sehingga kita bisa katakan bahwa pacaran pun merupakan persiapan menuju rumah tangga. Pertanyaannya apa yang perlu dipersiapkan dalam masa pacaran?

> Pengertian yang jelas dan benar tentang pernikahan. Ini bukan sekedar kesenangan tubuh, kepuasan seksual, tapi ini merupakan rencana Tuhan. Kejadian 2:18 mengatakan bahwa manusia tidak bisa hidup seorang diri.

> Mengenal pasangan kita. Kitalah yang akan hidup seumur hidup dengan pasangan kita. Matius 19:6 mengatakan apa yang telah dipersatukan Allah tidak boleh dipisahkan oleh manusia. Jangan sampai setelah kita menikah, kita baru menyesal, “Akh kenapa saya mau sama dia?” atau yang lebih aneh lagi bila kita sampai berkata, “Kalau saya tau dia seperti itu, maka saya tidak mau menikah dengannya.” Kalau kita tidak mau hal tersebut terjadi, maka selama pacaran inilah kita harus mengenal baik-baik seperti apa pasangan kita. Bukan mengenal bentuk tubuhnya, tetapi mengenal sifat dan pribadinya baik yang positif maupun yang negatif.

2. Tanggung Jawab dan Kedewasaan

Kejadian 24:1 dan 4 menuliskan: Adapun Abraham telah tua dan lanjut umurnya….Tetapi engkau harus pergi ke negeriku dan mengambil seorang isteri untuk anakku Ishak. Dikatakan disini bahwa Abraham telah tua, bisa kita bayangkan bahwa Ishak telah dewasa.

Apa itu dewasa? Banyak anak remaja mengatakan, “Saya kan sudah 17 tahun, maka saya sudah dewasa, saya boleh berpacaran.” Pdt. Gilbert Lumoindong mengatakan bahwa dewasa tidak ditentukan oleh umur. Jadi apa sebenarnya yang disebut dewasa?

> Bisa Membedakan Benar dan Salah

Dewasa itu artinya bila seseorang sudah bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Sehingga ia tidak mudah goyah dalam menghadapi masalah dan cobaan. Ia pun tidak bisa tertipu dengan kata-kata manis, “Ayolah toh tidak masalah kita berhubungan seks dalam masa pacaran, kan saya yang akan menikah dengan kamu nantinya.”

Karena belum dewasa dan tidak ada tanggung jawab maka seringkali kita temukan banyak anak-anak muda yang harus menikah karena ‘kecelakaan’. Dan banyak pula pasangan-pasangan muda yang menikah sudah tidak lagi dalam keadaan yang kudus. Ini semua karena ia tidak tahu mana yang baik dan mana yang salah, yang ada dipikirannya hanya apakah itu menyenangkan atau tidak. Seorang yang dewasa tidak akan bisa tertipu, walaupun itu menyenangkan tapi bila itu tidak benar, maka ia berani berkata TIDAK.

> Diperhatikan dan Memperhatikan

Bila hidup kita hanya ingin mengharapkan perhatian dan perhatian, maka apa yang terjadi? Disini penyebabnya kenapa orang pacaran-putus-ganti, pacaran-putus-ganti, karena bila disini ia diperhatikan maka kasihnya akan beralih kepada orang yang memberi perhatian.

Ada kalanya pasangan kita sibuk dengan urusan tertentu, lalu kita merasa kurang diperhatikan lagi. Tiba-tiba muncul orang lain yang bisa memberi perhatian lebih dari pasangan kita. Maka kita akan kembali jatuh cinta pada orang yang memberi perhatian itu. Ini bukti dari ketidakdewasaan, bukti kekanak-kanakan. Dia hanya mengikuti kesenangan hatinya saja. Orang yang dewasa tidak hanya ingin diperhatikan tetapi juga harus memperhatikan.

> Bertanggung Jawab

Orang yang dewasa adalah seorang yang memiliki tanggung jawab. Tanggung jawab dalam arti bahwa dia sadar bahwa ia punya tugas. Bila ia seorang pelajar, maka ia tau tugasnya yang utama adalah belajar. Sehingga pacaran tidak akan mengganggu aktivitasnya sebagai pelajar. Ada orang yang masuk dalam masa pacaran maka pelajaran menjadi berantakan, hidupnya jadi tidak teratur lagi dan tidak ingat tugasnya. Ini juga ciri dari orang yang belum dewasa.

Jadi sungguh jelas bahwa orang yang berpacaran harus memiliki sifat kedewasaan dan tanggung jawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar